Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bid’ah?
Apa itu bid’ah? “Bid’ah adalah perkara baru yang tidak ada pada zaman Nabi
Muhammad Saw.” Mungkin begitu penjelasan singkat dari pengertian bid’ah.
Mengenai
perkara bid’ah Nabi Muhammad Saw. Bersabda dalam salah satu haditsnya :
وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّار......
Artinya :
...Dan Tiap-tiap yg bid’ah itu
sesat, dan tiap-tiap kesesatan itu tempatnya di neraka…(HR.Muslim)
Pada
zaman saat ini perkara bid’ah sudah sangat mengakar dan tidak mungkin lepas
dari kehidupan kita sehari-hari. Perkembangan zaman dan teknologi membuat kita
harus mengikuti arus perkembangannya. Lalu apakah kita harus meninggalkan
perkembangan teknologi tersebut agar terhindar dari perkara bid’ah? Jawabannya
Tentu tidak, Para ulama berpendapat bahwa bid’ah yang dimaksud adalah bid’ah
dalam perkara agama, jadi untuk perkara duniawi seperti teknologi,
transportasi, komunikasi, dan sebagainya bukan perkara bid’ah yang dimaksud
Rasulullah Saw, karena tentu saja perkembangan teknologi tidak bisa
ditinggalkan. lihat saja pada masa kekhalifahan Dinasti Abbasiyah, banyak
ilmuan-ilmuan islam pada zaman itu yang membuat penemuan-penemuan baru dalam
hal keduniaan yang tidak ada di zaman Rasulullah Saw. bahkan penemuan ini masih
digunakan sampai saat ini, Contohnya Ibnu Haitsam yang menemukan cermin, Ibnu
sina dengan penemuannya di bidang kedokteran, dan masih banyak lagi. Dan kita
tidak pernah mendengar ulama manapun yang mencemoh penemuan mereka dengan alasan
bid’ah.
Saat
ini sebenarnya ada banyak perkara bid’ah dalam urusan agama seperti Pondok
pesantren, acara haulan, acara maulid, dan sebagainya. Sebenarnya hal-hal ini
tidaklah bermasalah, tapi jika kita mehubungkannya dengan paparan di diatasnya
maka kita akan dapati bahwa hal-hal ini sedikit bermasalah. Jumhur Ulama
berpendapat bahwa bid’ah terbagi dua, yaitu
Bid’ah Hasanah dan Bid’ah Dhalalah. Bid’ah hasanah adalah bid’ah baik
entah itu pelaksanaannya maupun pengaruhnya, dan perkara bid’ah yang saya
sebutkan tadi termasuk ke dalam golongan ini, coba kita lihat Pondok pesantren
tidak ada masalahkan? Bahkan Pondok pesantren adalah pencetak ulama-ulama di
masa yang akan datang, lalu mungkinkah disebut sesat? Tentu saja tidak.
Selanjutnya Bid’ah Dhalalah, Bid’ah Dhalalah adalah bid’ah yang membawa kepada
kesesatan, saya tidak memaparkan bid’ah ini lebih jauh karena fokus kita kepada
bid’ah hasanah yang sekarang muncul orang-orang/golongan-golongan yg
mengingkari adanya.
Mungkin
suatu saat kelak kita akan bertemu dengan orang yang mempermasalahkan bid’ah
dan orang itu mencap semua bid’ah itu sesat dengan dalil hadits diatas, untuk
mengatasinya kita juga harus punya dalil, kita perlu memaparkan bahwa hadits
tersebut tidak mutlak bermakna semunya dan ada batasannya, coba kita bandingakn
lafazh hadits tersebut dengan ayat
Al-Qu’ran
وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّار......
Artinya :
...Dan Tiap-tiap yg bid’ah itu
sesat, dan tiap-tiap kesesatan itu tempatnya di neraka…(HR.Muslim)
…ورحمتي وسعت كل شئ …..
Artinya
:
…dan rahmat-Ku meliputi tiap-tiap sesuatu...
Kedua dalil diatas menggunakan kata كل yg memiliki makna sama yakni “tiap-tiap”, jika kita
cermati ayat diatas maka kata كل tersebut tidak benar-benar segala hal tetapi ada
batasannya, kenapa? Perlu kita ketahui kalau penghuni neraka tidak mendapat
rahmat, orang munafik, orang kafir, dan sebagainya tidak mendapat rahmat Allah,
jadi setelah menceramti ayat ini kita bisa berkesimpulan bahwa tidak semua
lafazh كل dalam bahasa
arab adalah semuanya secara mutlak. Begitu pula hadits diatas tentu saja ada
batasan untuk bid’ad yang sesat yakni bid’ah Dhalalah. Menurut pendapat saya
yang lemah ini bahwa penggunaan كل terkadang digunakan untuk penegasan, di hadits
tersebut agar kita berhati-hati kepada perkara bid’ah, dan pada ayat diatas
agar kita semakin bersemangat dalam mendapatkan rahmat Allah.
0 komentar:
Posting Komentar