Yang Gak Tau Jadi Tau, Yang Tau Makin Tau. Muzakarahan Blog menyajikan info-info menarik seputar Islam, Al-Qur'an, Berita dan lain-lain

Sabtu, 18 Juli 2015

Surat Edaran GIDI yang Melarang Shalat Id, Asli atau Palsu?

 Assalamu'alaikum Wr. Wb
Mungkin sudah banyak yang meliahat suran edaran GIDI yg melarang sholat id, kalau belum silahkan lihat di bawah.


Bagaimana? Kalau kita membaca surat ini pasti akan muncul rasa benci dengan kelakuan mereka, tapi apakah surat ini asli atau palsu? Mari kita simak pembahasannya dari sumber yang terpercaya.

Tulisan ini saya kutip dari Fanspage Jonru, Jonru adalah Penulis terpercaya, mengungkap fakta ditengah kebingguan akan kabar-kabar mencengangkan. Silahkan baca :)

Surat Edaran GIDI yang Melarang Shalat Id, Asli atau Palsu?
NB: Karena banyak yang salah paham, perlu saya jelaskan bahwa status ini hanya membahas soal validitas atau asli tidaknya surat dari GIDI. Adapun tentang kejadian pembakaran musala, itu adalah fakta nyata, sudah terjadi, dan kita semua umat Islam tentu harus mengecam dengan keras siapapun pelakunya.

Karena surat tersebut terindikasi palsu, menurut saya, kita tak perlu ikut membahasnya. Lebih baik kita fokus saja membahas peristiwa pembakaran musala, karena itu kejadian yang nyata dan valid.

Intinya, saya hanya ingin mengajak teman2 agar fokus membahas hal2 yang sudah pasti valid saja. Mengenai surat yang belum jelas juntrungannya, tak perlu kita bahas.

* * *

Di era socmed ini, info yang valid dan hoax bisa beredar dengan mudahnya, bahkan banyak yang tercampur aduk jadi satu, sehingga kita sulit mengenali mana yang benar dan mana yang salah.

Sebagai umat Islam, kita tentu harus tabayyun, kroscek ke berbagai pihak, sehingga kita akan mendapat info yang paling valid.

Selain itu, kita juga hendaknya bersikap bijaksana dan objektif. Walau kita marah karena rumah ibadah kita dibakar, namun bukan berarti kita harus melampiaskan emosi secara membabi-buta.

Salah satu contohnya adalah tentang beredarnya sebuah gambar surat dari GIDI yang isinya melarang umat Islam merayakan Idul Fitri. Benarkah?

Kebetulan, saya punya teman seorang ustadz yang tinggal di Papua (ustadz Azzam Mujahid Izzulhaq). Beliau termasuk cukup paham mengenai situasi dan kondisi setempat.

Berikut klarifikasi beliau sehubungan dengan surat dari GIDI tersebut. Semoga bermanfaat.

‪#‎SaveMuslimPapua
===============

========
Banyak di antara sahabat yg mempertanyakan Surat dari Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yg poin isinya adalah:

1. Pemberitahuan bahwa mereka mengadakan seminar dan KKR Pemuda GIDI yg (menurutnya) tingkat Internasional.
2. Pelarangan kegiatan hari raya Idul Fitri (takbir dan shalat Ied) di seluruh wilayah Kab. Tolikara.
3. Jika umat Islam tetap ingin merayakan hari raya Idul Fitri,hendaklah
merayakannya di luar Kab. Tolikara.
4. Pelarangan penggunaan jilbab.
5. Bahwa GIDI melarang pendirian tempat ibadah selain mereka, termasuk aliran Kristen yg lain (Katholik dan Protestan lainnya)
6. Surat tersebut ditanda tangani pada tanggal 11 Juli 2015.
7. Surat tersebut disampaikan juga kepada Bupati Tolikara, Ketua DPRD, Kepolisian Resor Tilikara, Komando Rayon Militer TNI.

Surat yg dikeluarkan ini terindikasi SURAT PALSU, yg dimunculkan oleh pihak-pihak tertentu yg ingin menjalankan skenario intelijen untuk menutupi dan atau menjalankan skenario yg lebih besar dan atau pengalihan isu, sungguh munculnya surat ini ke khalayak ramai adalah upaya pemecah belahan persatuan dan kesatuan serta kondisi yg harmonis dan toleran terutama di Papua.

Indikasi palsunya adalah:
1. Selama ini, kegiatan seminar, KKR, kebaktian dan kegiatan ibadah apa pun tidak pernah bermasalah dan saling mempermasalahka
n.
2. Selama ini, tidak pernah ada pelarangan perayaan hari besar agama. Terutama bagi umat Islam.
3. Umat Islam di Tolikara banyak yg berprofesi sebagai guru, aparat kepolisian, aparat militer, dan pedagang. Artinya, jika mereka benar-benar membuat pernyataan pelarangan mendirikan tempat ibadah dan menjalankan ibadah, mereka telah melanggar hukum adat mereka sendiri yg sangat menghormati guru dan rohaniawan apa pjn agamanya. Dan berkaitan dengan kehidupan pokok, mereka akan kehilangan dan kesulitan menjalankan kehidupan berkaitan dengan pasokan bahan makanandan lainnya mengandalkan jalur perdagangan yg mayoritas dijalankan oleh umat Islam.
4. GIDI melarang pembangunan tempat ibadah agama lain selain GIDI (termasuk masjid dan gereja lain) ini adalah pernyataan yg sangat konyol. Hal ini justru melanggar hukum dan aturan di kalangan umat Kristiani itu sendiri.
5. Jika surat ditembuskan ke Bupati, Ketua DPRD, Kapolres serta Danramil, sudah tentu Pemerintah Daerah, Kepolisian dan aparat Militer TIDAK MUNGKIN akan tinggal diam karena di Papua, isu agama ini menjadi concern utama. Keharmonisan adalah hal yg sangat diperhatika . Karena berkaitan dengan keberlangsungan
pembangunan di Papua umumnya, di Kab. Tolikara khususnya.
Oleh sebab itu, saya menyatakan bahwa:
1. Sangat menyesalkan terjadinya pembakaran masjid, toko dan rumah warga oleh oknum tertenyu yg mengatasnamakan
umat Kristiani.
2. Sangat menyesalkan lambatnya respon dari pemerintah pusat mengenai hal ini.
3. Sangat menyesalkan pernyataan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla yg mendiskreditkan
umat Islam dengan pernyataan bahwa sumber masalah adalah speaker masjid.
4. Mendesak aparat keamanan untuk segera memproses pelaku tindak pidana ini dengan hukum yg berlaku di Indonesia.
5. Menghimbau kepada seluruh tokoh-tokoh dan masyarakat Islam untuk tidak mudah terprovokasi dan untuk tidak melakukan tindakan balasan.
6. Menghimbau kepada seluruh tokoh-tokoh dan masyarakat Kristiani untuk menghormati hukum dan toleransi yg telah dijalankan sebagaimana mestinya.
7. Mendesak kepada Dewan Gereja Indonesia dan atau Persekutuan Gereja Indonesia untuk mengusut, menyelidiki, dan selanjutnya memproses ke jalur hukum mengenai pernyataan dan himbauan Ketua dan pengurus serta jemaat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yg telah melanggar norma, hukum dan hak asasi manusia.
8. Menghimbau kepada tokoh-tokoh Islam, Kristen, dan agama lainnya di Papua khususnya untuk mengedapankan kerukunan antar umat beragama dan menjaga toleransi dan keharmonisan kehidupan antar umat beragama yg selama ini berjalan dengan baik.
9. Menghimbau kepada seluruh masyarakat agar mewaspadai pihak-pihak tertentu yg bermain, mengadu domba dan menjadikan sentimen agama sebagai komoditas politik, yg akan merusak stabilitas nasional.

Demikian dan terimakasih.

Nas-alullaha ta'ala fil amni wal barakat. Kami bermohon kepada Allah atas kedamaian, keamanan dan keberkahan.

‪#‎SelamatkanIndonesia‬
Link sumber tulisan : https://m.facebook.com/jonru.page/photos/a.143624529728.103413.68286339728/10153543478219729/?type=1&_rdr#10153544104009729
Bagaimana? udah tau kan Suratnya asli atau palsu
Semoga berguna :)  

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Surat Edaran GIDI yang Melarang Shalat Id, Asli atau Palsu?

0 komentar:

Posting Komentar