Yang Gak Tau Jadi Tau, Yang Tau Makin Tau. Muzakarahan Blog menyajikan info-info menarik seputar Islam, Al-Qur'an, Berita dan lain-lain

Senin, 18 Juli 2016

Kesesatan Syiah Part 1 - Acara 10 Muharram Syiah

Sebagai warga indonesia yang mayoritasnya Islam yang berasaskan Ahlussunnah wal jamaah, 10 muharram identik dengan puasa 'Asyura dan acar membuat bubur 'Asyura. Puasa 'Asyura merupakan sunnah yang masyhur, hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW. :

أَنَّ عَائِشَةَ رَضِي الهُِ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهَُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
 “Orang-orang Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melakukannya pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau sampai di Madinah beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa.”  (Hadits Shahih Riwayat Bukhari 3/454, 4/102-244, 7/147, 8/177,178, Ahmad 6/29, 30, 50, 162, Muslim 2/792, Tirmidzi 753, Abu Daud 2442, Ibnu Majah 1733, Nasa’i dalam Al-Kubra 2/319,320, Al-Humaidi 200, Al-Baihaqi 4/288, Abdurrazaq 4/289, Ad-Darimy 1770, Ath-Thohawi 2/74 dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya 5/253)

Adapun acara membuat bubur 'Asyura adalah bid'ah yang tergolong bid'ah hasanah. LIHAT JUGA : Nabi Bersabda : "Tiap-tiap bid'ah itu sesat"lalu bagaimana dengan bid'ah hasanah?

Lain cerita dengan penganut aliran syiah, pada hari 'Asyura mereka mengadakan berbagai ritual untuk mengenang kematian cucu Rasulullah SAW. yakni Sayyidina Husain R.A, mungkin sampai disini sebenarnya tidak ada masalah, karena hal tersebut merupakan hal yang kelihatannya baik, tapi pada kenyataannya cara yang mereka lakukan untuk mengenang sayyidina Huain R.A tersebut sangat bertentangan dengan ajaran yang dibawa oleh rasulullah SAW.

Ritual tersebut disebut juga dengan majlis duka, mereka mengisinya dengan berbagai macam aksi menyakiti diri sendiri diantaranya : Memukul dada, melukai diri dengan pedang, memukul badan dengan rantai, dsb.
ritual tersebut diiringi dengan pembacaan syair-syair kesedihan tentang kematian husain R.A tak lupa juga khutbah-khutbah yang mencaci keluarga bani Umayyah dan sahabat nabi. semua itu mereka jalani dengan disertai kesedihan dan tangisan. mereka mengatakan bahwa imam mereka berkata "Barang siapa menangis atau membuat dirinya menangis untuk Husein maka wajib masuk surga"
nampaknya ini hanyalah dusta yang dibuat-buat oleh ulama mereka yang disandarkar kepada imam-imam syiah.

Prilaku mereka tersebut sangat bertentangan dengan hadits Nabi SAW :
عَنْ عَبْدِ اللهِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ.
“Dari Abdullah (bin Mas’ud) r.a. (dia berkata): Nabi s.a.w bersabda, “Bukan dari golongan kami orang yang menampar-nampar pipi, merobek leher baju, dan berseru dengan seruan jahiliyah.” (Hadits Riwayat al-Bukhari dari Abdullah bin Mas’ud, Shahîh al-Bukhâriy, juz II, hal. 103, hadits no. 1295)

وَقَالَ عُمَرُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، دَعْهُنَّ يَْكِينَ عَلَى أَبِي سُلَيْمَانَ مَا لَمْ يَكُنْ نَقْعٌ، أَوْ لَقْلَقَةٌ وَالنَّقْعُ التُّرَابُ عَلَى الرَّأْسِ وَاللَّقْلَقَةُ الصَّوْتُ
.“Umar bin Khattab r.a. berkata: “Biarkanlah mereka menangisi Abu Sulaiman, asalkan tidak menaburkan tanah di atas kepala dan tidak berteriak-teriak.” (Hadits Mauquf, Riwayat Bukhari dari Abu Burdah dari Ayahnya, Shahîh al-Bukhâriy, II, 102, no, 1290)

Pada dasarnya menangisi karena sedih akan kematian seseorang adalah hal yang wajar dan manusiawi dan islam tidak melarangnya selagi tidak berlebihan dan meraung-raung, bahkan Nabi SAW. pernah menangisi kematian.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ اشْتَكَى سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ شَكْوَى لَهُ فَأَتَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَعُودُهُ مَعَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ وَسَعْدِ بْنِ أَبِى وَقَّاصٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيْهِ وَجَدَهُ فِى غَشِيَّةٍ فَقَالَ « أَقَدْ قَضَى ». قَالُوا لاَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَبَكَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَلَمَّا رَأَى الْقَوْمُ بُكَاءَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بَكَوْا فَقَالَ « أَلاَ تَسْمَعُونَ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُعَذِّبُ بِدَمْعِ الْعَيْنِ وَلاَ بِحُزْنِ الْقَلْبِ وَلَكِنْ يُعَذِّبُ بِهَذَا – وَأَشَارَ إِلَى لِسَانِهِ – أَوْ يَرْحَمُ »
.“Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: Sa’ad bin Ubadah pernah mengeluhkan rasa sakit yang dideritanya, sehingga Rasulullah bersama Abdur Rahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Mas’ud menjenguknya. Ketika beliau hendak masuk ternyata ia sedang dikerumuni keluarganya, maka beliau pun bertanya: “Apakah ia telah meninggal dunia?” Para sahabat menjawab, “Belum wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah SAW meneteskan air mata. Melihat beliau menangis, para sahabatpun ikut menangis. Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Dengarkanlah oleh kalian, sesungguhnya Allah tidak mengazab seseorang karena disebabkan tangisan atau perasaan sedih (dari orang yang ditinggalkannya) akan tetapi Dia mengazab karena disebabkan oleh ini (beliau memberi isyarat pada lisannya), atau Dia akan mengasihinya.” (Hadits Riwayat Muslim dari, Shahîh Muslim, juz III, hal. 40, hadits no. 2176)


Ada beberapa hal janggal yang menjadi pertanyaan penting atas ritual mereka ini, diantaranya :
1. Sayyidina Husain tidak pernah mengadakan ritual duka semacam mereka untuk memperingati    kematian sayyidina Ali Bin Abi Thalib K.A. Padahal Sayyidina Husain hidup 21 tahun setelah kematian ayahnya tersebut
2. Orang-orang Syiah hanya mengenang kematian Sayyidina Husain, padahal Muhammad bin Ali bin Abu Thalib dan Abu Bakar bin Ali bin Abu Thalib Meninggal bersama Sayyidina Husain pada tragedi yang sama
3. Anak Cucu Sayyidina Husain tidak pernah mengadakan majlis duka, majlis duka baru ada 3 abad setelah kematian Sayyidina Husain.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Kesesatan Syiah Part 1 - Acara 10 Muharram Syiah

0 komentar:

Posting Komentar